Namaku Ulat Bulu

Namaku ulat bulu. Sore ini aku kekenyangan karena telah memakan daun-daun renyah yang lezat ini. Itulah sebabnya sore ini aku memilih untuk menggantungkan diriku di ranting agar aku bisa mengamati kehidupan di sekitarku.

Sore ini, saat kugantungkan diriku di ranting ini, kulihat seorang gadis duduk di dekatku. Dari gelagatnya, sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Beberapa kali ringtone Teman milik Ten2Five kudengar dari handphone yang digenggamnya. Tapi tak lama kemudian handphone tersebut nampak mati. Oh, rupanya handphone gadis itu sedang kehabisan baterai. Dan dia-pun nampak berjalan meminjam handphone seseorang, mungkin untuk melanjutkan SMSnya yang tadi tak bisa dikirmkan.

Sore ini, tak seperti sore-sore sebelumnya, keadaan sekitarku sedang sepi. Hanya nampak gadis itu, beberapa penjaga yang sedang berinternet ria, dan satu dua orang yang lewat di hadapanku. Tak lama kemudian gadis itu datang lagi, kembali duduk di dekatku. Ia nampaknya sedang memikirkan sesuatu. Ah, aku bisa membaca pikirannya. Ia sedang merenungi sesuatu yang membuatnya bimbang.

Tapi, tak lama kemudian, ia melihat sekeliling. Ia mulai mengamati tanaman tempat kugantungkan diriku. Ia mulai mengamati daun-daun yang tak nampak seperti daun karena telah kuhabiskan. Tak lama kemudian,ia-pun menyadari keberadaanku. Dan, gadis itu segera melompat dari tempat duduknya. Ia nampak terkejut dan ketakutan. Ia memberi tahu seseorang tentang keberadaanku, dan orang itu nampak membawa sebilah parang ke arahku, oh bukan, ternyata itu adalah sepasang sandal. Saat orang itu ingin memukulkan sandalnya ke arahku, gadis itu melarangnya. Ia justru mengambil fotoku dengan handphonenya sesaat sebelum meninggalkanku. Meski aku tahu gadis itu nampak ketakutan saat melihatku, tapi aku bersyukur karena ia tak sampai hati melihat laki-laki itu merampas masa depanku, yakni terbang sebagai kupu-kupu.



[aku ingin terbang sebagai kupu-kupu, aku ingin melintasi pelangi seperti mimpi-mimpiku]

Akhirnya, gadis itupun berpindah dan memilih untuk menunggu sambil duduk di bangku seberang. Tak lama kemudian, kulihat seorang lelaki datang menghampiri gadis itu. Tetapi aku tahu bahwa lelaki itu bukanlah orang yang sedang ditunggu oleh gadis itu. Berbagai perasaan berkecamuk dalam pikiran gadis itu. Aku tahu, gadis itu sedang tak ingin bertemu lelaki itu. Lelaki itu telah melakukan sesuatu yang mengganggu gadis itu. Aku bisa membaca pikiran gadis itu. Beberapa hari ini, ia memang ingin menghindar dari lelaki itu. Gadis itupun tak acuh dan memalingkan wajahnya dari lelaki itu. Hingga akhirnya...

Lelaki itu memilih untuk duduk di bangku seberang gadis itu. Di tempat dimana dibelakangnya terdapat ranting tempatku menggantung. Ah, aku tahu sebenarnya aku tak ingin mencelakakan lelaki itu dengan bulu-buluku, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa melarangnya untuk tidak duduk di tempat itu. Sangat dekat denganku, bahkan aku bisa dengan mudahnya merambat di punggungnya.

Melihat gelagat lelaki itu, sang gadis nampak bimbang. Aku tahu ia sedang tidak ingin bertemu lelaki itu, tetapi di sisi lain, ia tak mau melihat lelaki itu terkena bulu-buluku. Ia tak cukup tega untuk melihat lelaki itu berguling-guling di tanah dengan lengan dan punggung merah membara karena terkena bulu-buluku. Sang gadis nampak bimbang dengan perasaannya. Namun akhirnya kudengar kata-kata,

"Awas, jangan duduk situ!! di situ itu ada ulat bulu!!"

Dan, aku tahu, kata-kata itu adalah kata-kata yang tercipta hanya karena ada aku. Seandainya aku tak ada di situ, mungkin gadis itu akan berpaling tanpa menoleh sedikitpun ke arah laki-laki itu. Semua takkan berubah sebelum lelaki itu mengubah sesuatu yang membuat gadis itu tak mau mengacuhkan lelaki itu.

3 komentar:

^HaPpiLy uMy^ said...

hmmm..
lagi ngambek ni yee..
hohoho^^

Fidzan said...

Mut, gadis itu bagai kepompong ya???

Tiara said...

@Umy
hehe, gak kok...cuma lagi....

@Fidzan
Kepompong yg akan berubah menjadi kupu2 cantik lebih tepatnya....

Post a Comment