Chaos Pasti Berlalu

Wuih, lama banget gag nulis blog. Saya jadi merasa bersalah. Tapi mau gimana lagi. Keadaannya memang belum memungkinkan. Di minggu-minggu seperti ini, keinginan yang sering terbesit dalam pikiran saya adalah…”Oh….I’d like to stop the clock, make time stand still”.

I think, kekacauan (a.k.a chaos) yang terjadi di minggu-minggu ini TIDAK HANYA disebabkan oleh banyaknya kuis besar (Logika Digital, Algoritma, Etika Profesi, dan Bahasa Tionghoa), tugas kelompok laporan algoritma, tugas desain sistem kasir penjualan, tugas DFD n’ system flowchart, tugas proyek Java, modul praktikum Struktur Data, perombakan desain website kampus, tugas menyalin dialog menggunakan Hanzi, pembuatan laporan analisa sosial, pencarian data untuk website, revisi proposal Machung.pdf, pembuatan artikel untuk MCJC, serta yang utama revisi dummy book yang menanti, TAPI JUGA disebabkan oleh hal lain yang sulit untuk saya definisikan saat ini.

Minggu ini saya seperti seorang yang ling-lung, seorang yang lupa ingatan, seorang yang kehilangan kesadaran, seorang yang berada di luar alam bawah sadar. Ada begitu banyak chaos yang terjadi pada diri saya di minggu ini, akibat dari terpecahnya pikiran saya diantaranya pada hal-hal yang saya sebutkan di atas. Melalui posting ini, saya ingin berbagi beberapa chaos tersebut pada anda agar anda tak mengalaminya. Adapun hal itu antara lain:

Pertama, I got quite bad marks for some big quizzes in this week. Yang paling membuat saya menyesal adalah kuis besar untuk mata kuliah Alpro II. Kuis diadakan Rabu kemarin, dimana malamnya saya tidur jam setengah empat pagi dan bangun jam setengah enam. Saat berangkat ke kampus, ada suatu pikiran yang memaksa saya untuk percaya bahwa saya tidak bisa mengerjakan kuis alpro hari ini dengan baik. Suatu pikiran yang sangat jarang saya temui sedang singgah di kepala saya. Guess what? that’s right. Ya, saya benar-benar tidak bisa berpikir jernih di kuis kali ini. Saya memilih logika berpikir yang sangat aneh. Akibatnya, saya tidak bisa menyelesaikan soal tersebut sesuai waktu yang diberikan. Dan, believe it or not, sorenya, saat saya mencoba-coba mengerjakan soal tersebut, saya bisa menyelesaikannya dalam sepertiga waktu yang saya gunakan untuk berpikir siang tadi. Gosh, I can’t stop blaming myself. It’s about the law of attraction (maybe…) and something in my mind.

Kedua, saya mengambil beberapa keputusan yang tidak tepat. This week, I make some bad decision. Next time, saya akan menjelaskan lebih lanjut tentang hal ini.

Ketiga, saya merampas banyak waktu istirahat yang dibutuhkan oleh tubuh saya. Beberapa hari dalam minggu ini, saya hanya tidur sekitar dua sampai tiga jam. Bahkan di hari Kamis malam, saya menghabiskan malam saya sepenuhnya di warnet bersama laptop saya untuk mengerjakan salah satu tugas yang tidak ingin saya kerjakan di kampus. Beberapa teman sempat terheran-heran dan menasehati saya untuk tidak melakukannya. Tapi, saya dalam keadaan terdesak, dan Alhamdulillah, saya masih bisa menikmatinya. Itulah sebabnya saat ada sedikit waktu luang, saya memilih untuk tidur, dimana saja, termasuk di sofa meeting room dan di kost-an nya Tika, hehe.

Keempat, saya makan tidak teratur. Akhir-akhir ini, saya makan dengan tidak teratur. Sarapan pagi hanya saya habiskan setengah porsi, makan siang terkadang saya lewatkan, makan malam seringkali tak saya acuhkan meskipun Mama sudah meletakkannya di atas meja belajar. Untungnya, saya dikelilingi orang-orang baik di sekitar saya, yang selalu mengingatkan dan menasehati dengan tulus. Makasi ya, semua…=) Saya tak ingin lagi melewatkan makan pagi saya karena saya tak ingin otak saya kehilangan tenaga untuk menyerap ilmu hari ini. Saya tak ingin lagi melewatkan makan siang saya karena saya tak ingin kehilangan kesempatan untuk berkumpul bersama teman-teman dan berbagi cerita hari itu. Saya tak ingin lagi melewatkan makan malam karena saya tak ingin mengecewakan siapa pun yang telah mencintai saya dengan tulus (dalem ya…). Saya jadi teringat tentang Kisah Sebutir Nasi yang diceritakan oleh Pak Romy, mentor saya, tentang betapa sulitnya usaha dan jerih payah orang-orang di sana untuk menghadirkan sebutir nasi di atas piring kita. Overall, saya sangat bersyukur masih diberi rizki dan kesempatan untuk menikmati makanan saya.

[Ini ada foto teman-teman dan saya, sedang bersama Pak Romy(tengah), mentor yang memberikan banyak pelajaran termasuk tentang Kisah Sebutir Nasi tersebut]

Kelima, saya seringkali tidak mendapatkan poin dari suatu pembicaraan. Misalnya, adik saya bertanya dimana saya meletakkan handphone-nya dan saya jawab di bawah meja, karena saya pikir dia bertanya mengenai sandal kamarnya yang baru saja saya pinjam. Misalnya lagi, kemarin Ona bertanya apa saya pernah ke Bali, dan saya jawab belum, karena yang ada di pikiran saya saat itu adalah Paris, bukan Bali. Misalnya lagi, saat teman India saya, Ramesh, bertanya apakah kota Malang dekat dengan Singapore, saya jawab iya, karena saya tidak memahami pertanyaanya dengan baik.

Keenam, saya meninggalkan beberapa barang di suatu tempat. Misalnya, handphone saya tinggal di karpet Musholla, map dan dokumen penting saya tinggal di atas meja komputer lab Ole Johan Dahl, helm saya tinggal di meja dapur, dan masih banyak lagi. Fortunately, again, I’m surrounded by angel-hearted-people, thanks God.

Ketujuh, beberapa kali saya salah mengirim SMS. SMS yang saya tujukan ke teman saya, Intan, saya kirim ke adik saya yang namanya juga Intan. SMS ke Mas Andik yang harusnya sudah saya kirim sejak pagi, ternyata masih tersimpan di Draft hingga malam. SMSnya Meida yang mengabarkan bahwa ia sudah tiba di Bali, saya buka di luar kesadaran ketika masih tidur pagi-pagi, sehingga malamnya saya mengirim SMS yang menanyakan apakah dia sudah tiba di Bali. Dan, yang paling parah adalah saat saya dan Haqqi sedang SMSan untuk membicarakan kado yang akan kami berikan pada teman kami, Arlingga, yang akan berulang tahun. Saya malah mengirim salah satunya pada Arlingga, the one who will get the present, hahahaha. Keboodohan besar! (Sori ya, Rek…aq mengacaukan…><).

Kedelapan, saya tidak bisa menyelesaikan beberapa tugas saya dengan baik.
Let me say, tugas kelompok Alpro belum bisa kami selesaikan dengan sempurna maskipun sudah ada perpanjangan waktu dua hari, belum selesainya revisi yang menjadi salah satu tugas utama saya minggu ini membuat saya meminta sedikit perpanjangan waktu pada pak Windra, penyusunan menu untuk navigasi website Universitas Ma Chung tidak bisa kami sempurnakan minggu ini, dan masih ada beberapa lagi yang membuat saya kecewa.

Tapi, saya berjanji, kekacauan-kecauan tersebut hanya akan terjadi di minggu ini. Minggu depan (mulai besok), saya akan berusaha keras untuk me-manage waktu dan pikiran saya dengan baik sehingga segalanya bisa berjalan teratur sebagaimana sediakala. Mohon doanya ya. Luv U all… =)

5 komentar:

zoe said...

ehem...ehem..
kayaknya kejadian kyk gni uda biasa y buat qm :b hehehehe
makannya laen kali kabel di otak yg lepas dbenerin dlu :b hehehehe (bcnd..bcnd..)
q doain dech biar g error lg
amiiinnnn...
(Allah bless you)

^^v sukses buat ibu negara
"tetap dalam dedikasi"
(halah..kt2 cp y tu..??)

Ekak Hardianto said...

Ya ampun tiara, aku benar2 terharu membaca postinganmu ini. kau begitu regal dalam meletakkan dedikasimu. aku merasa belum apa2. Harusnya mereka yang terlibat denganmu bangga karena kamu adalah orang terpilih. Ya setidaknya kamu wakil terpilih di kampungmu yang akan menjadi ibu negara masa depan.

CloudZ said...

Kamu kenapa,Cah Ayu? Kok tumben tho,kan kamu yang biasanya kasih ak semangat.

You Go Girl!

Tiara said...

@Zoe

kali ini emang kabel2 di kepalaQ lagi eror semua,,mungkin km bisa benerin?

tp untungnya, sekarang udah nyaris kembali normal kok...

Tiara said...

@Ekak
Thx for Ur support...
gak usah gaya gitu,,,klo dilihat dari dedikasi nyata, km jauh di atasQ bangett....

@Cloudz
hehe,,everything will be okay...

Smangat!! ^^

Post a Comment