Never Look Down on Anybody...

Setelah beberapa bulan saya sama sekali tidak menikmati menonton televisi, akhirnya di liburan semester kali ini saya memiliki lebih banyak waktu untuk dapat menonton kotak ajaib itu. Suatu sore, saya tertarik untuk menonton sebuah acara yang nampaknya sangat mengharukan. Ternyata itu adalah sebuah reality show dimana seorang artis mengunjungi keluarga yang secara ekonomi dapat dikatakan cukup tidak mampu. Saat itu saya melihat sang artis memberikan sejumlah bantuan sambil menangis tersedu. Semua orang disana nampak menangis, artis tersebut, teman-temannya, dan juga seluruh anggota keluarga tersebut.

Saat itu keluarga tersebut dikondisikan nampak begitu menyedihkan dan mengharukan. Terlepas dari sisi positif yang bisa kita dapatkan, seperti belajar bersyukur dan berbagi. Melihat hal semacam ini, saya seringkali berpikir bahwa acara-acara semacam ini sebenarnya memiliki beberapa sisi negatif bagi pihak-pihak tertentu. Misalnya, bagi keluarga yang dikunjungi, saat melihat sang artis menangis tersedu melihat kehidupan mereka yang serba kekurangan, kalian tahu apa yang dipikirkan oleh keluarga ini? Bukan tidak mungkin mereka justru akan berpikir...

"Oh,, hidupku ini memang sungguh sangat sengsara. Tidak seperti kehidupan orang-orang lain yang serba berkecukupan. Semua orang melihat kehidupanku dengan penuh haru dan kesedihan. Betapa kasihannya aku... aku sangat tersiksa dengan kehidupanku ini."

Pikiran itu terbesit karena mereka melihat fakta bahwa semua orang terharu dan merasa begitu sedih melihat kehidupannya yang serba kekurangan. Dimana pikiran semacam ini sebenarnya tidak pernah hadir dalam kehidupannya sebelumnya. Dimana sebelumnya ia bisa menjalani semuanya dengan damai dan penuh rasa syukur, namun kondisi orang-orang sekitar menghilangkan kedamaian itu dan justru menimbulkan perasaan sedih dan nelangsa melihat kehidupannya sendiri.

Dan tentu saja tayangan yang ditayangkan di stasiun televisi favorit tersebut tidak hanya ditonton oleh keluarga dari kalangan berada, tapi juga bagi kalangan dengan kemampuan ekonomi yang hampir sama dengan keluarga tersebut. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi keluarga-keluarga itu untuk berpikiran hal yang sama, yakni berpikir bahwa kehidupannya sungguh sangat menyedihkan dan menyakitkan. Pikiran-pikiran yang justru akan membuat mereka menjalani kehidupannya dengan perasaan lebih berat dan nelangsa.

Begitulah kehidupan, terkadang kita justru terpengaruh oleh pandangan lingkungan sekitar terhadap diri kita yang membuat kita justru berpikir lebih buruk dari apa yang sebelumnya ada di pikiran kita. Misalnya begini, pernahkah kamu merasa iba pada seorang yang tidak dapat melihat (tuna netra)? atau merasa kasihan terhadap seorang yang harus menghabiskan hidupnya di atas kursi roda? Saat melihat itu kita merasa sangat kasihan pada mereka, kita akan berpikir bahwa mereka menjalani kehidupannya dengan penuh kesedihan.

Dan kita akan cukup terkejut saat mengetahui bahwa faktanya adalah, orang-orang yang kita kasihani tersebut merasa tidak ingin untuk dikasihani. Mereka merasa bahwa mereka baik- baik saja, dan memang itulah faktanya. Mereka tetap menjalani kehidupannya dengan penuh rasa syukur dan gembira. Mereka tetap memiliki harapan-harapan besar dalam hidupnya. Mereka tetap merasa tak ada yang membuat mereka harus bersedih dan menyesali kehidupannya.

Alasan serupa dapat kita temui di lingkungan rumah sakit. Saat itu dokter-dokter dan perawat pada umumnya selalu berusaha mengkondisikan perasaan dan mental pasien untuk tetap seperti kehidupan sebelumnya, saat ia masih sehat. Tidak akan pernah kita menjumpai dokter dan perawat-perawat sedang duduk di samping pasiennya sambil menangisi dan mengkasihani kehidupan sang pasien, sekalipun sang dokter atau perawat tersebut hampir tak bisa membendung airmatanya. Bahkan di beberapa rumah sakit, dapat kita lihat bahwa seorang perawat tidak akan menyuapi atau membantu pasiennya berdiri jika tidak dalam keadaan terpakasa. Dan, hal ini sangat membantu dalam mempengaruhi mindset pasien bahwa mereka tetap bisa melakukannya, tak ada yang perlu dikhawatirkan, dan mereka bisa menghadapi semuanya dengan baik-baik saja dan bahagia. Dokter dan perawat-perawat itu tidak akan mengubah mindset pasiennya menjadi lebih buruk.


Itulah yang seharusnya kita lakukan, never look down on anybody unless you’re helping him up. Karena tentunya kita tidak ingin membuat mindset orang lain menjadi lebih buruk dari sebelumnya, bukan? Yang bisa kita lakukan bukanlah mengkasihani atau menangisi kehidupan orang lain, namun membesarkan hati mereka. Karena kita ingin orang-orang sekitar kita selalu bahagia dan menjalani kehidupannya dengan penuh rasa syukur. Remember, Whatever the mind can conceive and believe, the mind can achieve.. So, be positive!! Lets enjoy this life together :)

7 komentar:

zoe said...

\^^/ setujuuuuu...
setuju pokok'e ma yang ditulis di atas (siapa yang g setuju?!! sini..mau macem2 ya!!)

*kabuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrr....

Mutiara Aisyah said...

tes..

Mutiara Aisyah said...

hahaha,,, ayo sapa yg ga setuju ntar biar dikasi pelajaran sm zoe...

;-)

zoe said...

>.< uch pake di tes2..

^^v hahahaha ayo ayo cp yg mau ikut..
*loh loh tapi kan q setuju @.@

Mutiara Aisyah said...

comment-ku kmaren rada error sih, hehe..

wakaka, bingung deh,,, setuju ga setuju kmu tetep dapet senyumku kok =)

Haqqi said...

Mut, blogroll-ku gantien yg di http://www.fauzilhaqqi.net

Mutiara Aisyah said...

sipp, laksanakan! =D

Post a Comment